[FF] Wedding Dress – CHAPTER 11

Title: Wedding Dress
Author: _mymiki
Genre: Romance
Rating: PG-15
Length: Series
Pairing: Key/Nicole
Casts: 91liners
Summary: Minho dan Hara menyarankan Nicole untuk menyusul Key ke Jepang. Ternyata Key telah berubah dan banyak pihak yang memaksa mereka untuk bercerai. Karena situasi itulah Nicole terpaksa membohongi Key kalau dia…
Trailer: Wedding Dress

“Walau dalam keadaan Nicole yang hamil,” ulang Nana meyakinkan.

Mir mengerutkan dahinya sekaligus menajamkan pendengarannya. Dia sedang tidak salah dengar kan? Nicole siapa yang dimaksud cewek itu? Dan apa hubungannya dia dengan Nicole?

“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Jinwoon tajam.

“Aku akan membuat Key menyukaiku, dengan begitu dia akan meninggalkan cewek itu untukmu,” jawab Nana.

Jinwoon menatap Nana untuk sementara waktu seolah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Apa aku tidak salah dengar? Membuat Key menyukaimu? Jangan konyol, dia bahkan tidak tertarik padamu,” kata Jinwoon setengah mengejek.

“Kamu meremehkanku?!” sewot Nana, tangannya sudah menyilang di depan dada.

Mir mendengar satu nama lagi. Key? Nicole dan Key? Apakah memang Nicole dan Key yang ia kenal yang sedang mereka bicarakan? Tidak salah lagi! Siapa lagi pasangan Nicole dan Key di sekolah ini!

“Baik, tetapi kalau rencanamu tidak berhasil, aku sudah punya plan B,” kata Jinwoon datar. Nana mengangguk setuju.

Tidak lama kemudian, mereka berdua pergi menjauh dari tempat itu tanpa menyadari Mir yang sejak awal mendengar pembicaraan mereka. Sementara Mir yang masih bersembunyi di balik pohon besar menatap kedua punggung itu menjauh dengan penuh curiga. Sejauh yang dia tangkap, kedua orang itu mempunyai rencana untuk memisahkan Nicole dan Key. Mir yakin sekali rencana pertama yang diucapkan cewek tadi tidak akan berjalan mulus. Tentu saja, perasaan dan hati tidak mudah dipermainkan. Tetapi dia belum tahu rencana apa yang telah disusun Jinwoon.

***

Nicole menatap langit biru musim semi sambil bersender di pagar atap sekolah. Dongwoon menemaninya sejak tadi, tetapi mereka lebih banyak diam. Dongwoon berdiri tidak jauh darinya, ikut menatap lagit dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

“Apa kau sudah memberitahu Kibum soal kehamilanmu?” tanya Dongwoon membuka pembicaraan.

“Dia tidak pulang ke rumah sejak kemarin,” jawab Nicole datar. “Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya.”

“Kemana dia?”

“Mana aku tahu!”

Diam kembali. Nicole lebih banyak memain-mainkan bibirnya sambil melihat beberapa murid yang bermain bola di bawah. Moodnya buruk setelah dia tidak bisa menghubungi Key. Setiap telepon yang masuk ke nomornya selalu ditolak.

“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” kata Dongwoon, terdengar sedikit ragu. Nicole menoleh padanya. “Kenapa kalian bisa menikah?”

Nicole menggembungkan pipinya dan menerawang sebentar sebelum menjawab. “Orang tua kami menikahkan kami. Awalnya kami sama sekali tidak saling kenal…”

“Tetapi orang tua kalian saling kenal kan?” potong Dongwoon.

“Tidak juga. Mungkin terdengar lucu, tetapi orang tua Key memilihku asal sebagai istri anak mereka.”

“Dan orang tuamu setuju begitu saja?” tanya Dongwoon.

“Ya karena…” Nicole memejamkan matanya selama beberapa saat, tampaknya sedang mencari kata-kata yang cocok. “Karena orang tuaku terlibat banyak hutang dan… uhm, bisa dibilang aku dijual ibuku.”

Dongwoon menajamkan matanya saat melihat Nicole. Entah kenapa dia merasa ada yang disembunyikan oleh gadis itu.

“Apa kau menyukainya?”

Nicole yang sedang menerawangkan sesuatu langsung menoleh. “Hah?”

“Kau suka padanya?” ulang Dongwoon.

Nicole kembali menatap kerumunan murid di bawah yang sedang menikmati waktu istirahat mereka. Dirinya tampak bimbang mendengar pertanyaan Dongwoon barusan. Cowok itu menatap ekspresi Nicole yang tampak ragu untuk menjawab.

“Maaf sudah menanyakan ini padamu. Tidak seharusnya aku menanyakan masalah pribadi…”

“Aku menyukainya,” potong Nicole.

“Apa?” Dongwoon tidak begitu mendengar apa yang dikatakannya barusan karena dia merasa sedikit bersalah telah menanyakan pertanyaan tersebut.

“Aku menyukai Key dan aku tidak menyesali pernikahan ini.” Dongwoon melihat sebutir air mata mengalir ke pipi merah gadis itu. Tampaknya dia sedikit malu terlah mengutarakan perasaannya pada orang lain. “Oh maaf Dongwoon aku menjadi seperti ini. Sebaiknya aku kembali ke kelas.”

Nicole berbalik dan menuju pintu. Setelah memastikan Nicole tidak tampak lagi, Dongwoon merogoh ponselnya dan mencari sebuah nama di phonebooknya. Butuh waktu sedikit lama untuk Dongwoon menunggu nada monoton tersebut sampai akhirnya panggilannya diangkat di seberang.

“Yoboseyo?” seru suara dingin.

“Kibum,” balas Dongwoon.

“Siapa ini?” Suara itu semakin dingin.

“Ini Dongwoon.” Tidak ada respon dari seberang tetapi telepon belum ditutup. “Bisa kita bertemu?”

***

Sore itu, sepulang sekolah Dongwoon langsung menuju hotel yang dimaksud Key. Seorang diri, dia berjalan di lorong mencari kamar nomor 329. Tidak perlu lama mencarinya karena kamar tersebut berada di ujung lorong dengan fasilitas Presidential Suit. Dongwoon mengetuk pintu kayu tebal tersebut dan tidak lama kemudian pintu tersebut dibuka.

“Lama tidak jumpa,” sapa Dongwoon seraya tersenyum.

Key membuka pintu lebih lebar tetapi belum mempersilahkan Dongwoon masuk. “Mau apa kau menemuiku?”

Dongwoon mendorong tubuh Key ke pinggir dan masuk tanpa menunggu dipersilahkan. “Ternyata kau bersembunyi di sini yah?” Dongwoon melihat ke sekeliling kamar mewah tersebut.

“Jangan bersikap seolah kau orang dalam. Cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini!” ujar Key tidak sabar ketika Dongwoon pada akhirnya duduk di sofa.

“Ini soal istrimu.”

“Jadi kau sudah tahu soal hubungan kami?” Key ikut duduk di seberang Dongwoon. “Sedekat itukah kau dengannya?” cibirnya.

“Dia sedang menunggumu di rumah. Kukira kau sudah berubah. Ternyata kau masih kekanak-kanakkan seperti dulu,” canda Dongwoon.

“Jaga mulutmu!”

“Aku tidak tahu masalah kalian apa, tapi pulanglah temui istrimu…” kata Dongwoon. “Jika memang kau mencintainya.”

Key diam selama beberapa saat, menatap kakinya yang telanjang.

“Kenapa kau kembali ke Korea?” tanya Key. “Kenapa kau mendekati Nicole?”

“Kepulanganku ke Korea tidak ada hubungannya dengan Nicole atau apapun,” dusta Dongwoon. Dia mencoba mencari pembicaraan agar Key tidak menanyakan macam-macam lagi. “Jika kau memang benar-benar menyukainya, temui dia sekarang. Jangan sampai membuatnya menangis hanya karena keegoisanmu sendiri.”

Dongwoon bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu.

“Kau datang ke sini hanya untuk bilang itu?” tanya Key tidak percaya. “Jangan-jangan Nicole yang menyuruhmu.”

“Dia bahkan tidak tahu kita punya hubungan. Aku hanya tidak tega melihatnya sedih seperti itu.”

Key menarik kerah seragam Dongwoon, membuat cowok di depannya itu menjadi jauh lebih tinggi lagi darinya.

“Apa maksudmu? Kau menyukainya?” gertak Key. Dongwoon hanya tersenyum dan melepaskan kerahnya dari tangan Key dan berjalan pergi.

***

Nicole membuka pintu rumahnya dan senyuman yang selalu menghias wajahnya segera menghilang ketika teringat rumah itu tetap kosong sejak kemarin. Dia menyapa Dubu dengan malas dan langsung melemparkan dirinya ke ranjang di kamarnya. Nicole melihat figura foto yang berdiri di atas meja lampu di sebelah ranjang, berisi fotonya dengan Key saat di Saipan waktu itu.

“Kalau kamu pulang nanti, aku tidak akan memasakkan apapun untukmu!” ujar Nicole pada Key, lebih tepatnya ke foto Key. “Kalau diingat-ingat, rasanya aku belum pernah merasakan pernikahan yang sesungguhya. Kenapa aku bisa terjebak bersamamu?”

Dubu berkaing-kaing di ruang tengah tetapi tidak dipedulikan oleh Nicole.

“Aku… aku… merindukanmu.”

Suara gonggongan Dubu semakin keras, seolah memanggil tuannya. Sedetik kemudian rasanya Nicole mendengar sebuah suara mobil. Hara? Tidak mungkin. Key?

Nicole langsung melesat bangkit dan berlari ke ruang depan untuk melihat siapa yang datang. Dia membuka pintu depan dan melihat mobil yang sangat familiar dan orang yang sangat ingin ditemuinya baru saja keluar dari pintu kemudi.

“Yah! Kenapa kamu kembali!” seru Nicole. “Bukannya kamu sedang kabur? Kenapa? Tidak kuat hidup sendiri di dunia luar? Jangan pasang wajah seperti itu! Kamu tidak tahu kalau aku sangat mengkhawatirkamu?! Seenaknya pergi dan pulang! Kamu kira aku ini siapa? Hanya tamu… hump?!”

Bibir Nicole telah disumpal dengan bibir Key yang langsung memeluk tubuh gadis itu. Hump… Nicole tidak bisa bergerak maupun bersuara. Pelukan Key terlalu kuat dan bibirnya terlalu menekan mulutnya.

“Kau berisik sekali,” bisik Key setelah melepaskan bibirnya. Nicole masih terkena serangan jantung karena ciuman mendadak tadi. “Maafkan aku karena telah bersikap egois.”

Key mengusap lembut kepala Nicole dan mendekapkan kepala gadis itu ke dadanya. “Aku kira kamu marah padaku,” isak Nicole setelah mengumpulkan nyawa. Key tersenyum dan mencium dahi istrinya itu.

Mereka berpelukan selama beberapa menit. Key tidak bisa mengingat kapan terakhir kali dia memeluk Nicole, tetapi rasanya dia sangat merindukan dekapan gadis itu.

“Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Aku janji,” bisik Key lalu mencium bibir Nicole kembali.

Malam itu, Key melarang Nicole masak dan mereka berdua pergi keluar untuk makan malam. Yang membuat Nicole senang adalah Key mengajaknya ke tempat makan sederhana yang biasa dia lihat sebagai tempat kencan teman-teman sekolahnya, bukan restoran asing mewah dengan segala tata cara makan yang menyebalkan. Di tempat itu, mereka berdua tampak lebih sebagai sepasang kekasih. Selesai makan, Key membawa Nicole mengelilingi kota, melihat lampu-lampu malam yang selalu disukai Nicole. Selama perjalanan itu pula, Key terus memegang tangan Nicole seolah tangan itu akan pergi jika dia melepasnya. Mereka berhenti sebentar untuk membeli jajanan di pinggir jalan yang Nicole mau dan memakannya di dalam mobil.

Nicole merasa ini adalah waktu yang pas untuk memberitahu Key soal kehamilan palsunya itu. Dia tidak peduli kalau Key akan marah lagi padanya, yang penting dia harus membeberkannya sendiri sebelum terlambat.

“Key… ada yang ingin aku katakan,” kata Nicole pelan setelah menarik napas panjang.

“Ya?” Key tersenyum sekilas ke gadis di sebelahnya.

“Ini soal kehamilanku.” Nicole menggigit bibirnya, tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

“Kenapa? Apakah sudah ketahuan jenis kelaminnya?” tanya Key.

“BUKAN!!!” seru Nicole langsung, menatap Key yang langsung terbengong melihat sikap Nicole yang mendadak berubah. “Sebenarnya…”

…Hello, hello, nareum daero yongil naesseoyo…

Suara ponsel Key mengagetkan mereka berdua.Key meringis dan mengambil ponselnya yang menyala di dashboard. Dahinya mengkerut melihat nama di layarnya. Nicole menghela napas, antara kesal sekaligus lega.

“Shin ahjussi?” ujarnya. “Yoboseyo?—APA?!”

Nicole langsung menoleh ketika Key berteriak. Bibirnya membentuk sebuah kalimat tanpa bersuara. Apa yang terjadi? Key mematikan ponselnya dan langsung menggas mobil.

“Apa yang terjadi?” tanya Nicole khawatir.

“Abeoji masuk rumah sakit,” jawab Key dan menngas mobil sampai kecepatan 100 km/jam.

Key dan Nicole tiba di rumah sakit nomor satu di Seoul lima belas menit kemudian. Key langsung menghambur masuk disusul Nicole yang berlari di belakangnya. Mereka berlari sepanjang lorong dan berhenti di salah satu kamar lorong VIP. Key mendorong pintu itu dan melihat ayahnya terbaring di ranjang putih tinggi dikelilingi selang, alat pembantu detak jantung, dan segala alat medis lainnya. Ibu Key, kakak kembarnya, Jeebum, Mr.Shin, sekretaris pribadi ayah Key, dan beberapa pelayan menunggunya di sekeliling ranjang.

“Apa yang terjadi pada abeoji?” tanya Key perlahan,melihat ayahnya terkapar tidak berdaya.

“Beliau terlalu kelelahan karena mengurus perusahaan, Tuan Muda,” kata Mr.Shin, pria yang sudah paruh baya itu.

Key menolehkan kepalanya ke Nicole yang berdiri di belakangnya.

“Aku akan menginap di sini. Kau pulanglah, Nicole,” kata Key.

Nicole menatap mata Key dalam. Dia belum pernah melihat cowok itu sesedih ini sebelumnya. Tidak mau berdebat dengannya, Nicole menuruti perkataan Key dan diantarkan pulang oleh beberapa pelayan.

***

Mir sedang makan malam seorang diri di ruang makannya yang sebesar aula sekolah, hanya ditemani beberapa pelayan wanita yang berdiri berderet di kanan kirinya. Salah seorang pria masuk dan menemui Mir, menyodorkan sebuah berkas map.

“Ini data yang Anda minta, Tuan Muda,” kata pria itu seraya membungkuk.

Mir mengeluarkan berkas dari map tersebut. Ada beberapa lembar kertas dan beberapa foto seorang gadis.

“Nana-ssi adalah teman satu sekolah Tuan Muda Kibum di Jepang dan sedang bekerja sebagai model cadangan di A-Star Entertainment. Tampaknya dia berusaha mendekati Tuan Muda Kibum untuk memudahkan populeritasnya,” jelas pria tersebut sementara Mir melihat foto-foto jepretan tersebut.

“Latar belakang keluarganya?”

“Ayahnya telah lama meninggal dan ibunya bekerja sebagai pelayan restoran. Dia mendapat beasiswa dari sekolahnya untuk bersekolah selama tiga bulan di Jepang. Nilai-nilainya juga cemerlang.”

“Jadi dia bekerja sebagai model karena keuangan keluarganya ya?”

“Benar, Tuan Muda.”

Mir tersenyum melihat salah satu foto gadis berambut panjang pirang di tangannya. “Heem… Nana-ssi ya?”

***

Nicole menggendong tas ranselnya dan berjalan di halaman sekolah dengan malas. Key benar-benar tidak pulang semalam, padahal dia berharap Key bisa tidur di kamar mereka kembali setelah hari-hari yang tidak mengeenakkan bagi mereka kemarin-kemarin. Apa yang baru saja kupikirkan?! Nicole menggeleng kepalanya keras-keras. Ayahnya sedang sakit, sudah tugasnya menjaganya.

“Nicole.”

Nicole mengangkat kepalanya dan melihat Mir bersender di depan pintu masuk sekolah. Sorot mata dan ekspresinya selalu menyebalkan dan menyeramkan.

“Hai,” sapa Nicole.

“Ikut aku!” Mir menarik tangan Nicole kembali dan menyeretnya ke dalam mobilnya.

“Yah! Lepaskan aku!” seru Nicole kesakitan karena Mir terlalu keras menggenggam pergelangan tangannya.

Mir tidak mempedulikan Nicole dan mendorong tubuh gadis itu ke dalam mobil. Setelah itu dia langsung masuk ke kursi kemudi dan membawa mobilnya keluar dari sekolah. Tanpa disadari mereka, dari jendela kelas Nana melihat kedua orang tersebut pergi.

“Yah! Kamu mau menculikku?!” teriak Nicole.

“Diamlah! Kita ke rumah sakit sekarang juga!” balas Mir.

***

Mir tertawa sejadi-jadinya melihat kertas laporan kehamilan di tangannya. Kehamilan negatif. Tangannya memegang perutnya kesakitan. Sementara itu Nicole yang duduk di sebelahnya mengerucutkan bibirnya.

“Jadi kau membohonginya kalau kau hamil? Omo, kau membuatku shock saja, Cori,” kata Mir.

“Kami bahkan belum pernah melakukannya, bagaimana bisa aku hamil. Key menyangka kami sudah pernah melakukannya.” Nicole menggigit bibirnya.

“Ini benar-benar konyol!” Mir masih tertawa dan menyerahkan kertas laporan tersebut ke Nicole. “Nih!”

“Jangan beritahu dia dulu. Biar aku saja yang bicara langsung padanya,” kata Nicole.

“Baik, baik. Itu urusanmu. Sekarang kita kembali ke sekolah,” ujar Mir.

“Apa? Kita sudah bolos jam pertama dan kedua. Bagaimana bisa kita kembali ke sekolah?”

“Sudahlah, nggak usah banyak bicara. Ngomong-ngomong kau lihat ekspresi dokter tadi? Dia melihat kita yang berseragam sekolah datang ke ruang kehamilan, HAHAHAHA!!!”

***

Nicole menatap laporan tes kehamilan itu di mejanya. Negatif. Tentu saja, dia sama sekali tidak mengharapkan menjadi positif. Yang ada di pikirannya sekarang, kapan dia punya kesempatan untuk jujur ke Key. Rasanya jarak dirinya dengan Key semakin hari semakin jauh.

“Nicole !” panggil Hara.

Nicole buru-buru menyembunyikan laporan tes kehamilan tersebut di bawah kolong saat Hara menghampirinya dengan wajah cerianya seperti biasa.

“Sini deh! Katanya Jonghyun sudah mulai baikan dengan Gyuri unnie.” Hara menggandeng lengan Nicole yang mau tidak mau bangkit dari kursinya.

Nana menatap kepergian Nicole dan Hara dari bangkunya. Setelah memastikan keadaan aman, cewek itu langsung mendatangi meja Nicole dan menarik kertas dari kolongnya. Kertas tersebut dibacanya dengan cepat.

Nama: Nicole Jung
Umur: 19 tahun
Hasil Tes: Kehamilan Negatif

Nana tidak percaya dengan yang dibacanya barusan. Tetapi sedetik kemudian wajahnya langsung berubah menjadi senyuman.

“Skakmat, Nicole-ssi.”

TO BE CONTINUED